.
Malam ini aku baru pulang pengajian bulanan di mesjid dekat rumahku. Ketika aku mengingat-ingat lagi , sebenarnya ada saja godaan padaku sebelum aku bisa pergi tadi. Mula-mula waktu sorenya istriku sakit gigi. Ia mau aku anter ke dokter gigi katanya habis maghrib, padahal pengajian itu dimulai setelah sholat maghrib.Ya Alloh, pengajian ini hanya sebulan sekali, tapi aku enggak bisa juga pikirku dalam hati, ya..sudahlah. Untung sebelum pergi ke dokter Istriku SMS dulu dokternya yang kebetulan masih famili, dan kata dokter, beliau enggak praktek karena lagi sakit perut. Alhamdulillah, aku bisa kemesjid nih, lalu aku buru-buru berwudhu menjelang waktu Maghrib. Tapi ketika terdengar azan Magrib, hujan mulai turun. Semangatku mulai surut. Aku malah bilang, ”Aduh... hujan nih, aku malas pakai payung, ditambah kalo hujan dingin lagi”. Memang ribet sekali rasanya kalau pakai payung ke luar lagi hujan, lewat gang yang sempit. Harus aku tutup juga payungnya, kalau enggak yang enggak bisa lewat. Ya, sama aja bohong.., jadinya tetap basah meski pakai payung. Waktu aku keluar pintu rumah, aku lihat hujan semakin lebat. Perasaanku juga semakin malas untuk pergi.
Rupanya Alloh hendak menunjukkan sesuatu yang luar biasa padaku agar aku bisa pergi. Aku melihat seseorang pakai payung mau pergi ke mesjid. Ia adalah tetanggaku. Aku tahu ia memang rajin ke mesjid. Tapi yang luar biasa adalah waktu hujan begini ia masih mau juga. Tidak sampai di situ, aku juga kagum dengan semangatnya. Wajahnya juga kelihatan ceria meski udara dingin. Terima kasih, ya...Alloh.
Sebelum dimulai pengajian, aku diberi selembar kertas berisi materi dengan judul ”KEBAHAGIAAN DI DUNIA DAN AKHIRAT MEMBUTUHKAN KEPADA KESABARAN”. Rupanya pengalamanku sebelum pengajian tadi, cocok dengan materi kali ini. Mengapa?. Lihat saja tetanggaku tadi!. Mengapa ia bisa pergi ke mesjid dengan semangat, dan wajah ceria meski lagi hujan?. Jawabannya ternyata persis yang diterangkan bapak ustadz. Beliau mengutip kitab Mufradat Alfazhil-Quran halaman 281, bahwa sabar ialah menahan diri atas apa yang dikehendaki oleh akal dan syara. Kalau seseorang menahan diri untuk terus melakukan yang kata akal itu baik dan kata syara itu diperbolehkan/ diwajibkan maka ia telah melakukan kesabaran. Mudah-mudahan tetanggaku tadi tergolong orang yang termasuk Shabirin, yakni orang-orang yang shabar.Amiin., begitu juga aku bisa ketularan semangatnya mengikuti dia.
Pak Ustadz juga menerangka bahwa:”Sesungguhnya Alloh SWT telah menerangkan shabar sekitar tujuh puluh kali, memuji ahlinya dan memberi kabar gembira kepada mereka dengan kemenangan dan keselamatan”. Hal ini ada dalam kitab Tadzibul-Akhlaq, zuz II, halaman 98. Sungguh Alloh Maha Pengasih dan Penyayang sehingga dengan seringNnya mengingatkan hambaNya untuk bersabar sampai 70x dalam Al-Quran. Alloh sungguh mengetahui sifat manusia yang sering lupa sehingga harus sering diingatkan.
Selain itu, pak ustadz mengutip kata-kata Imam Ghazali, masih pada kitab Tadzibul-Akhlaq, zuz II, halaman 98, yaitu:”Shabar ialah ibarat (lapad yang menunjukkan kepada suatu makna) tentang keteguhan pendorong agama dalam menghadapi pendorong hawa nafsu”. Maksudnya ialah bahwa dalam diri manusia sebenarnya ada dua pendorong, yakni pendorong agama dan pendorong hawa nafsu. Orang yang teguh memilih pendorong agamanya sehingga ia mengalahkan syahwat, maka bergabung dengan orang-orang shabar (Shabirin).Dan jika lemah sehingga syahwat mengalahkan dan tidak sabar menolaknya, maka ia bergabung mengikuti syetan. Kemudian pak ustadz mencontohkan dengan pengajian ini. Beliau katakan bahwa saat pengajian ini ketika hujan turun. Jika orang mengukur dengan ukuran nafsu tentu akan lebih enak tinggal di rumah, nonton teve sambil minum teh atau kopi hangat dari pada pergi ke pengajian dalam keadaan hujan. Kalau kita memilih hawa nafsu maka kita tidak tergolong orang yang shabar karena telah mengikuti syetan.
Kita juga tahu, bahwa sholat malam (Tahajjud) itu ibadah yang sangat dianjurkan Alloh dan Rosululloh SAW. Bahkan Alloh akan memberi tempat terpuji bagi ahli tahajjud (pendorong agama) . Tapi betapa kuatnya juga pendorong hawa nafsu bagi mereka, karena saat itu adalah saat yang enak untuk tidur. Kondisi yang sangat ngantuk dan dingin jika kita bangun untuk berwudu dan sholat. Sungguh orang yang punya keteguhan memilih pendorong agama patut disebut shabirin karena ia kuat menahan rasa kantuk, dingin dan capek. Ahli Tahajjud adalah tergolong shabirin. Mudah-mudahan Alloh memberi hidayah kepada kita untuk bisa menjadi ahli tahajjud. Amiin.
Lalu sampai kapan kita harus shabar?. Sampai maut menjemput. Ternyata kita hanya diperintahkan untuk sabar sebentaaaar saja. Kita diperintahkan tetap shabar menjalankan sholat, ibadah shaum, dan ibadah lainnya hanya ketika kita masih hidup. Kalau kita sudah mati, semua ibadah sudah tidak menjadi kewajiban kita lagi. Makanya dalam kitab Tahdzibul-Akhlaq zuz I, halaman 147 mengatakan, ”hari-hari shabar adalah sedikit, yaitu habis umur, bila dibandingkan dengan apa yang dikatakab tentang urusan akhirat”. Ya, kita diperintah shabar tidak selamanya seperti kita akan hidup selamanya di akhirat. Marilah kita berlatih shabar yang sebentar ini.
Pak ustadz juga mengatakan bahwa ternyata perlu tiga kesabaran dalam melakukan ketaatan kepada Alloh. Pertama: sebelum melakukan ketaatan, hal itu ada pada memperbaiki niat, ihklas dan shabar dari kotoran riya. Oleh karena itu Alloh mendahulukan shabar atas amal sebagaimana firmal Alloh SWT dalam Q.S Huud:11, yang artinya:”orang-orang yang sabar dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar”.
Aku sudah ngatuk nih, aku tutup dulu ya.... sampai di sini, insya Alloh nanti disambung lagi..........
(Bersambung)
Technorati Profile
MARI HIDUP SEHAT BERSAMA ENERGZE WATER.. !