.
Hampir sebulan, Ramadhan aku tinggalkan. Rasanya baru kemarin aku menikmati indahnya Ramadhan terutama saat melaksanakan I’tikaf di mesjid pada10 hari terakhir. Semangatku saat itu seperti seorang atlit lomba lari ingin mencapai garis finish dan meraih gelar juara. Tapi kini semangat itu agak mengendor. Entah sudah berapa kali sholat wajib tidak aku lakukan dengan berjamaah di Mesjid. Sudah beberapa hari aku tidak lagi membaca ayat suci Al-qur’an. Sudah berapa kali juga aku tidak merasakan nikmatnya sholat malam.
Astaghfirulloh Al-Azhiim, aku memohon ampun kepadaMu ya… Alloh . Tolonglah hambaMu ini ya..Alloh, aku memohon kepadaMu yaa.. Alloh Engkau berkenan mengembalikan ingatan, perasaan, pendengaran dan penglihatanku ke saat-saat Ramadhan kemarin…….. agar semangat, gairah, kebahagiaan dan antusiasmeku juga kembali seperti saat-saat Ramadhan itu………
Sebelum terlambat hingga segalanya lenyap, aku mencoba merenungkan kembali mengapa semangat Ramadhan itu begitu berkobar membakar jiwa untuk melakukan ibadah kepada Alloh SWT. Aku mencoba “me-recall” ingatan dan perasaan untuk mencari tahu mengapa Indahnya Ramadhan menghangatkan sendi-sendi tulangku, darah dan dagingku saat melewati cuaca hujan, udara dingin dan sepinya malam. Mengapa kegairahan selalu menyertai setiap aktivitas ibadah dan kebahagiaan menyelimuti jiwa meski badan terasa letih. Alunan merdu Azhan selalu dinanti telinga untuk didengar dan atusiasme yang tinggi untuk meraih shaf-shaf terdepan dalam Sholat Tarawih. Mengapa juga aku selalu shabar melewati ayat demi ayat Al-qur’an untuk mencapai khatam.
Perlahan-lahan aku mulai membuka gerbang kesadaranku. Ingatan-ingatan akan saat-saat itu mulai muncul. Perasaan berangsur-angsur mengalir. Kesenyapan mulai berganti merdu dan kulihat titik cahaya membesar menerangi fikiranku. ……..dan sekarang jelas terlihat di depanku seperti ada layar lebar. Aku melihat saat itu seolah-olah sedang ada bazaar pahala dan obral ampunan. Ya … saat itu para da’I mempromosikan bahwa pahala ibadah sunnah sebanding dengan pahala ibadah wajib, dan pahala wajib dinilai Alloh berlipat-lipat. Aku melihat pintu maaf terbuka lebar dan ampunan Alloh begitu dekat karena Alloh sedang mesra dan rindu serta lebih mencintai kepada orang-orang yang memohon ampun kepadaNya. Akupun jadi teringat pada do’a yang berbunyi, “Allohumma Innaka ‘Afuwun-Karim, Tuhibbul Af-wa Fa’ fu’annii “. Do’a itu seperti air yang terus-menerus mengalir tanpa henti. Kebahagiaan saat itu menjadi selimut hangatku di saat cuaca dingin karena aku teringat janji Alloh bahwa jika aku berpuasa maka aku akan menemui dua kebahagiaan, yaitu saat berbuka (saat magrib dan idul fitri) dan nanti saat bertemu Alloh kelak di hari pembalasan. Dan antusiameku selalu tinggi untuk meraih shaf-shaf terdepan dalam sholat Tarawih karena salah satu hadits nabi Saw mengatakan bahwa barang siapa yang mendirikan sholat malam di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap ridha Alloh, maka Alloh akan mengampuni dosa-dosa yang telah lalu. Akupun merasakan kesabaran yang tinggi saat membaca dan tadarus Al-Qur’an karena mengingat pahala yang Alloh akan berikan kepada yang membacanya dengan kebaikan untuk setiap khuruf dari Al-Quran. Subhanalloh, sungguh begitu tinggi dan kuatnya Alloh dan Rasulnya memotivasi dengan memberikan “sugesti” kepada ku untuk meraih kebaikan-kebaikan Ramadhan. Tidaklah heran jika aku seperti “yang terhypnosis dan mengikuti setiap sugestiNya” sehingga dengan mudah aku mengerjakan aktivitas Ramadhan itu.
Dan saat ini semoga “sugesti” itu muncul kembali. Kebahagiaan aku semoga tetap dan terus menghangatkan sendi-sendi tulangku, darah dan dagingku dalam melewati hari-hari selanjutnya dengan ibadah yang didasari oleh rasa syukurku kepada Alloh SWT. Kegairahan itu juga semoga terjaga dengan terus mengingat betapa singkatnya hidup ini. Sesungguhnya aku hidup didunia ini adalah saat menanam. Ibadah yang aku lakukan ini hanyalah saat aku masih hidup saja. Dan aku mengharapkan bila nanti saat kematian tiba adalah saat istirahat dari segala aktivitas ibadah. Kehidupan setelah kematianku semoga menjadi saat yang paling membahagiakan karena aku akan berjumpa dengan Alloh SWT.
Kini aku sedang menunggu. Saat menunggu ini semoga aku tetap dalam antusiame yang tinggi untuk meraih ridhaNya. Dan semoga akupun tetap ridha menerima semua takdirNya sehingga keridhoanku berbuah syukur dalam setiap helaan nafasku. Aku pun mengharap Alloh memberiku pertolongan dengan kesabaran yang kuat karena hanya dengan pertolongan Alloh juga lah kita bisa memiliki kesabaran itu. Dan Hanya Alloh juga lah yang akan memberiku pahala tanpa batas karena kesabaran itu. Akhirnya segalanya milik Alloh dan akan kembali kepada Alloh, tak ada daya dan upaya kecuali kekuatan yang Alloh berikan kepadaku. Juga semangat Ramadhan itu adalah kepunyaan Alloh, semoga Alloh berkenan mengembalikan semangat itu kepadaku di hari-hari ke depan. Aku diperintah hanya untuk mempergunakan semua sumberdaya yang ada pada diriku termasuk pikiran dan perasaanku menjadi sarana bermujahadah untuk mencapai keridhoan Alloh SWT. Wallohu a’lam.
MARI HIDUP SEHAT BERSAMA ENERGZE WATER.. !