Alloh SWT. Telah berfirman
dalam Surah Al-Mulk, 67:2:
"Yang menjadikan mati
dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik
amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,"
(QS. Al Mulk, 67: 2)
Menurut Al-Fudhail bin ’Iyadh, tentang firman Allah: ”Supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang
lebih baik amalnya”,
beliau berkata: ‘Maksudnya, dia ikhlas dan benar dalam melakukannya.
Sebab amal yang dilakukan dengan ikhlas tetapi tidak benar maka tidak akan
diterima. Dan jika dia benar, tetapi tidak ikhlas maka amalnya juga tidak
diterima. Adapun amal yang ikhlas adalah amal yang dilakukan karena Allah,
sedang amal yang benar adalah bila dia sesuai dengan Sunnah Rasulullah”.
Jika diartikan secara umum, bahwa
Kriteria kebaikan adalah ;
-lurusnya pikiran,
-jernihnya perasaan dan,
-tepatnya tindakan.
Tidak mungkin orang menemukan
kebaikan jika pikirannya belum lurus, perasaannya belum jernih dan tindakannya
belum tepat.
Pikiran yang lurus adalah
pikiran yang menuntun kita untuk yakin bahwa segala sesuatu itu terjadi pasti
seizin Allah. Berperasaan jernih berarti yakin bahwa kejadian apa pun selalu
membawa manfaat untuk kita.
Tepatnya tindakan, berarti
apa pun yang kita lakukan selalu memberi manfaat untuk diri dan orang lain.
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya
manusia.
Bapak/ibu / ikhwan/akhwat
yang dirahmati Alloh, lintasan pikiran (menurut
ibnu al jauziah dalam sebuah bukunya menyebut sbg al khothorot ) adalah awal
dari perbuatan atau amal, yang baik ataupun yang buruk. Dari sinilah lahirnya
keinginan ( untuk melakukan sesuatu ) yang akhirnya berubah manjadi tekad yang
bulat.
Maka barang siapa yang mampu
mengendalikan pikiran pikiran yang melintas
di benaknya, niscaya dia akan mampu mengendalikan diri dan menundukkan
hawa nafsunya. Dan orang yang tidak bisa mengendalikan pikiran pikirannya, maka
hawa nafsunyalah yang berbalik menguasainya. Dan barang siapa yang menganggap
remeh pikiran pikiran yang melintas di benaknya, maka tanpa dia inginkan ia
akan terseret pada kebinasaan.
Hati itu laksana papan yang
kosong, dan pikiran pikiran itu bagaikan tulisan yang diukir di atasnya. Maka,
bagaimana bisa dikatakan pantas bagi sesorang yang berakal bila papannya hanya
berisi dusta, tipu daya, angan angan dan fatamorgana yang tidak ada realitanya
?,
hikmah, ilmu dan petunjuk
macam apa yang diharapkan dari tulisan tulisan itu ?,
apabila ingin melukiskan
hikmah, ilmu dan petunjuk di papan hatinya, maka tak ubahnya seperti penulisan
ilmu yang bermanfaat di sebuah tempat yang sudah penuh dengan tulisan lain yang
tidak ada manfaatnya.
Bila hati tidak kosong dari pikiran pikiran
kotor, maka pikiran pikiran positif yang bermanfaat tidak akan dapat menetap di
dalamnya, karena dia memang tidak dapat menempati kecuali tempat yang kosong,
seperti yang diungkapkan oleh seorang penyair :
“Aku
telah didatangi oleh hawa nafsu sebelum aku kenal dengan hawa nafsu itu
sendiri, maka ia temukan hati yang kosong, oleh karena itu ia itu ia dapat
menguasaiku"
Kemudian, syetan akan
membisikkan kepada manusia bahwa kesempurnaan itu dapat mereka capai dengan
cara melepaskan diri dan mengosongkan hati.
Sungguh amat jauh ungkapan
tersebut dari kebenenaran, karena kesempurnaan itu hanya dapat diperoleh bila
hati itu penuh terisi dengan keinginan dan pikiran yang baik, serta usaha untuk
merealisasikannya. Maka, manusia yang paling sempurna adalah mereka yang paling
banyak memiliki pikiran dan keinginan untuk tunduk kepada perintah Allah,
mencari keridloanNya. Sebagaimana manusia yang paling hina adalah mereka yang
paling banyak memiliki keinginan dan pikiran untuk memenuhi hawa nafsunya
dimana saja dia berada.
Manusia adalah makhluk yang
dilengkapi Allah sarana berpikir. Namun sayang, kebanyakan mereka tidak
menggunakan sarana yang teramat penting ini sebagaimana mestinya. Bahkan pada
kenyataannya sebagian manusia hampir tidak pernah berpikir.
Bapak/ibu/ikhwan/akhwat yang
dirhamati Alloh, Ada banyak sebab yang menghalangi manusia untuk berpikir.
Satu, atau beberapa, atau semua sebab ini dapat mencegah seseorang untuk
berpikir dan memahami kebenaran. Oleh karena itu, perlu kiranya setiap orang
mencari faktor-faktor yang menyebabkan mereka berada dalam kondisi yang kurang
baik tersebut, dan berusaha melepaskan diri darinya. Jika tidak dilakukan, ia
tidak akan mampu mengetahui realitas yang sebenarnya dari kehidupan dunia yang
pada akhirnya menghantarkannya kepada kerugian besar di akhirat.
Faktor-faktor menghalangi
manusia untuk berpikir.diantaranya adalah:
-malas
Cara pemecahan masalah yang
dipakai yang menunjukkan kemalasan dalam berpikir.,....... Sebagai contoh:
dalam menangani masalah sampah, seorang manajer sebuah gedung menerapkan metode
yang sama sebagaimana yang telah dipakai oleh manajer sebelumnya. Atau seorang
walikota berusaha mencari jalan keluar tentang masalah jalan raya dengan meniru
cara yang digunakan oleh walikota-walikota sebelumnya. Dalam banyak hal, ia
tidak dapat mencari pemecahan yang baru dikarenakan tidak mau berpikir. Sudah
pasti, contoh-contoh di atas dapat berakibat fatal bagi kehidupan manusia jika
tidak ditangani secara benar. Padahal masih banyak masalah yang lebih penting
dari itu semua.
-kehidupan sehari-hari yang
melenakan
Kebanyakan manusia
menghabiskan keseluruhan hidup mereka dalam "ketergesa-gesaan". Ketika
mencapai umur tertentu, mereka harus bekerja dan menanggung hidup diri mereka
dan keluarga mereka. Mereka menganggap hal ini sebagai sebuah "perjuangan
hidup". Dan, karena harus bekerja keras, jungkir balik dalam pekerjaan,
mereka mengatakan tidak mempunyai waktu lagi untuk hal-hal yang lain, termasuk
berpikir. Akhirnya mereka pun terbawa larut oleh arus ke arah mana saja
kehidupan mereka ini membawa mereka. Dengan demikian, mereka menjadi tidak peka
lagi dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar mereka.
-melihat kejadian sebagai hal
yang "biasa-biasa saja"
Ketika melihat beberapa hal
yang baru untuk pertama kalinya, manusia mungkin menemukan berbagai hal yang
luar biasa yang mendorong mereka berkeinginan untuk mengetahui lebih jauh apa
yang sedang mereka lihat tersebut. Namun setelah sekian lama, mereka mulai
terbiasa dengan hal-hal ini dan tidak lagi merasa takjub. Terutama sebuah benda
ataupun kejadian yang mereka temui setiap hari sudah menjadi sesuatu yang
"biasa" saja bagi mereka.
Contohnya, seseorang yang
tidak berpikir mungkin takjub ketika pertama kali melihat sebuah taman yang
indah, tetapi kemudian taman tersebut menjadi sebuah tempat yang biasa-biasa
saja baginya. Kekagumannya atas keindahan tersebut telah sirna. Sebagian orang
sama sekali tidak menyadari nikmat tersebut dikarenakan tidak berpikir. Mereka
menganggap segala kenikmatan yang ada sebagai hal yang "biasa" atau
"lumrah" dan sebagai "sesuatu yang memang seharusnya sudah
demikian". Inilah yang menjadikan mereka tidak dapat merasakan kenikmatan
dari keindahan taman tersebut.
Apa akibatnya bagi orang yang
tidak berfikir:
Jawabnya : orang itu akan
menjadi LALAI
sebagai contohnya ketika
orang mulai terlena oleh kehidupan sehari2 akan lalai sehingga sering menjadikan
sesuatu sebagai tujuan padahal seharusnya sebagai sarana:
ketika uang dijadikan tujuan
maka mencari segala cara untuk mendapatkannya
termasuk dengan cara haram.
ketika sekolah menjadi tujuan
maka segala cara ditempuh untuk bisa disekolah favorit termsuk menyontek ketika
ujian.
Dan apa akibtnya bagi orang yang mau berfikir:
Jawabnya : orang itu akan menjadi
faham atau mengerti.
Contohnya: Ketika menyaksikan
segala peristiwa yang ditemuinya sepanjang hari, orang beriman selalu berpikir
tentang tanda-tanda kebesaran Allah dan berusaha untuk memahami makna-makna
yang terkandung dalam peristiwa-peristiwa tersebut. Ia menanggapi setiap
kebaikan ataupun malapetaka sebagai sesuatu yang memiliki kebaikan sebagaimana
dikehendaki Allah. Di mana saja ia berada, di sekolah, di tempat kerja ataupun
di pasar, dan dengan berprasangka dan berpikir bahwa Allahlah yang menciptakan
setiap sesuatu, ia selalu berusaha memahami keindahan-keindahan dan makna
tersembunyi di balik peristiwa-peristiwa yang diciptakan-Nya untuk kemudian
menjalani hidup dengan mematuhi ayat-ayat Allah.
Sikap orang mukmin ini
digambarkan dalam Al-Qur'an: "Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh
perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari)
mendirikan sembahyang, dan dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu
hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (Mereka
mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan balasan kepada mereka
(dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan
supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezki kepada
siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas." (QS. An-Nuur, 24: 37-38).
Orang yang berfikir menjadi
faham bahwa segala sesuatu yang Alloh
ciptakan tidak sia-sia sebagai mana yang
digambarkan Al Quran sbb:
"(Yaitu) orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa neraka. "(QS. Aali ÔImraan, 3:191).
Akhirnya saya mengajak
khususnya kepada saya sendiri dan umumnya kepada jamaah sekalian untuk
menggunakan fikiran kita sebagai mana mestinya sesuai tuntunan Alloh SWT. agar
memberi keselamatan di dunia sampai akhirat kelak. Amiin. YRA.
MARI HIDUP SEHAT BERSAMA ENERGZE WATER.. !